Ibu

Suatu ketika, ada seorang bayi yang siap untuk dilahirkan. Maka, ia bertanya kepada Tuhan. "Ya Tuhan, Engkau akan mengirimku ke bumi. Tapi, aku takut, aku masih sangat kecil dan tak berdaya. Siapakah nanti yang akan melindungiku
disana?"

Tuhanpun menjawab. "Diantara semua malaikat-Ku, Aku akan memilih seorang yang khusus untukmu. Dia akan merawatmu dan mengasihimu."

Si kecil bertanya lagi, "Tapi, disini, di surga ini, aku tak berbuat apa-apa, kecuali tersenyum dan bernyanyi. Semua itu cukup membuatku bahagia.

Tuhanpun menjawab, "Tak apa, malaikatmu itu, akan selalu menyenandungkan lagu untukmu, dan dia akan membuatmu tersenyum setiap hari. Kamu akan merasakan cinta dan kasih sayang, dan itu semua pasti akan membuatmu bahagia."

Namun si kecil bertanya lagi, "Bagaimana aku bisa mengerti ucapan mereka, jika aku tak tahu bahasa yang mereka pakai?

Tuhanpun menjawab, "Malaikatmu itu, akan membisikkanmu kata-kata yang paling indah, dia akan selalu sabar ada disampingmu, dan dengan kasihnya, dia akan mengajarkanmu berbicara dengan bahasa manusia."

Si kecil bertanya lagi, "Lalu, bagaimana jika aku ingin berbicara padamu, ya Tuhan?"

Tuhanpun kembali menjawab, "Malaikatmu itu, akan membimbingmu. Dia akan menengadahkan tangannya bersamamu, dan mengajarkanmu untuk berdoa."

Lagi-lagi, si kecil menyelidik, "Namun, aku mendengar, disana, ada banyak sekali orang jahat, siapakah nanti yang akan melindungiku?

Tuhanpun menjawab, "Tenang, malaikatmu, akan terus melindungimu, walaupun nyawa yang menjadi taruhannya. Dia, sering akan melupakan kepentingannya sendiri untuk keselamatanmu."

Namun, si kecil kini malah sedih, "Ya Tuhan, tentu aku akan sedih jika tak melihat-Mu lagi.

Tuhan menjawab lagi, "Malaikatmu, akan selalu mengajarkamu keagungan-Ku, dan dia akan mendidikmu, bagaimana agar selalu patuh dan taat pada-Ku. Dia akan selalu membimbingmu untuk selalu mengingat-Ku. Walau begitu, Aku akan selalu ada disisimu."

Hening.

Kedamaianpun tetap menerpa surga.

Namun, suara-suara panggilan dari bumi terdengar sayup-sayup. "Ya Tuhan, aku akan pergi sekarang, tolong, sebutkan nama malaikat yang akan melindungiku...."

Tuhanpun kembali menjawab. "Nama malaikatmu tak begitu penting. Kamu akan memanggilnya dengan sebutan: Ibu..."
Category: ,

Seorang tunanetra

Seorang anak laki2 tunanetra duduk di tangga sebuah bangunan dengan sebuah topi terletak di dekat kakinya. Ia mengangkat sebuah papan yang bertuliskan: 'Saya buta, tolong saya.' Hanya ada beberapa keping uang di dalam topi itu.

Seorang pria berjalan melewati tempat anak ini. Ia mengambil beberapa keping uang dari sakunya dan menjatuhkannya ke dalam topi itu. Lalu ia mengambil papan, membaliknya dan menulis beberapa kata. Pria ini menaruh papan itu kembali sehingga orang yang lalu lalang dapat melihat apa yang ia baru tulis.

Segera sesudahnya, topi itu pun terisi penuh. Semakin banyak orang memberi uang ke anak tuna netra ini. Sore itu pria yang telah mengubah kata-kata di papan tersebut datang untuk melihat perkembangan yang terjadi. Anak ini mengenali langkah kakinya dan bertanya, 'Apakah bapak yang telah mengubah tulisan di papanku tadi pagi? Apa yang bapak tulis?'

Pria itu berkata, 'Saya hanya menuliskan sebuah kebenaran. Saya menyampaikan apa yang kamu telah tulis dengan cara yang berbeda.' Apa yang ia telah tulis adalah: 'Hari ini adalah hari yang indah dan saya tidak bisa melihatnya.'
Bukankah tulisan yang pertama dengan yang kedua sebenarnya sama saja?

Tentu arti kedua tulisan itu sama, yaitu bahwa anak itu buta.
Tetapi, tulisan yang pertama hanya mengatakan bahwa anak itu buta. Sedangkan, tulisan yang kedua mengatakan kepada orang-orang bahwa mereka sangatlah beruntung bahwa mereka dapat melihat. Apakah kita perlu terkejut melihat tulisan yang kedua lebih efektif?

Moral dari cerita ini: Bersyukurlah untuk segala yang kau miliki. Jadilah kreatif. Jadilah innovatif. Berpikirlah dari sudut pandang yang berbeda dan positif.

Ajaklah orang-orang lain menuju hal-hal yang baik dengan hikmat. Jalani hidup ini tanpa dalih dan mengasihi tanpa rasa sesal. Ketika hidup memberi engkau 100 alasan untuk menangis, tunjukkan pada hidup bahwa engkau memiliki 1000 alasan untuk tersenyum.

Hadapi masa lalumu tanpa sesal.
Tangani saat sekarang dengan percaya diri.
Bersiaplah untuk masa depan tanpa rasa takut.
Peganglah iman dan tanggalkan ketakutan.

Orang bijak berkata, 'Hidup harus menjadi sebuah proses perbaikan yang terus berlanjut, membuang kejahatan dan mengembangkan kebaikan... Jika engkau ingin menjalani hidup tanpa rasa takut, engkau harus memiliki hati nurani yang baik sebagai tiketnya.

Hal yang terindah adalah melihat seseorang tersenyum..
Tapi yang terlebih indah adalah mengetahui bahwa engkau adalah alasan di belakangnya! !!

3 x 8 = 23

Yan Hui adalah murid kesayangan Confusius yang suka belajar, sifatnya baik. Pada suatu hari ketika Yan Hui sedang bertugas, dia melihat satu toko kain sedang dikerumunin banyak orang. Dia mendekat dan mendapati pembeli dan penjual kain sedang berdebat.

Pembeli berteriak: "3x8 = 23, kenapa kamu bilang 24? "
Yan Hui mendekati pembeli kain dan berkata: "Sobat, 3x8 = 24, tidak usah diperdebatkan lagi".
Pembeli kain tidak senang lalu menunjuk hidung Yan Hui dan berkata: "Siapa minta pendapatmu? Kalaupun mau minta pendapat mesti minta ke Confusius. Benar atau salah Confusius yang berhak mengatakan".
Yan Hui: "Baik, jika Confusius bilang kamu salah, bagaimana?"
Pembeli kain: "Kalau Confusius bilang saya salah,kepalaku aku potong untukmu. Kalau kamu yang salah, bagaimana?"
Yan Hui: "Kalau saya yang salah, jabatanku untukmu".
Keduanya sepakat untuk bertaruh, lalu pergi mencari Confusius.

Setelah Confusius tahu duduk persoalannya, Confusius berkata kepada Yan
Hui sambil tertawa: "3x8 = 23. Yan Hui, kamu kalah. Kasihkan jabatanmu kepada dia."
Selamanya Yan Hui tidak akan berdebat dengan gurunya. Ketika mendengar Confusius bilang dia salah, diturunkannya topinya lalu dia berikan kepada pembeli kain. Orang itu mengambil topi Yan Hui dan berlalu dengan puas. Walaupun Yan Hui menerima penilaian Confusius tapi hatinya tidak sependapat. Dia merasa Confusius sudah tua dan pikun sehingga dia tidak mau lagi belajar darinya.

Yan Hui minta cuti dengan alasan urusan keluarga. Confusius tahu isi hati Yan Hui dan memberi cuti padanya. Sebelum berangkat, Yan Hui pamitan dan Confusius memintanya cepat kembali setelah urusannya selesai,
dan memberi Yan Hui dua nasehat : "Bila hujan lebat, janganlah berteduh
di bawah pohon. Dan jangan membunuh."
Yan Hui bilang baiklah lalu berangkat pulang.

Di dalam perjalanan tiba2 angin kencang disertai petir, kelihatannya sudah mau turun hujan lebat. Yan Hui ingin berlindung di bawah pohon tapi tiba2 ingat nasehat Confusius dan dalam hati berpikir untuk menuruti kata gurunya sekali lagi. Dia meninggalkan pohon itu. Belum lama dia pergi, petir menyambar dan pohon itu hancur. Yan Hui terkejut, nasehat gurunya yang pertama sudah terbukti.

Apakah saya akan membunuh orang? Yan Hui tiba dirumahnya sudah larut
malam dan tidak ingin mengganggu tidur istrinya. Dia menggunakan pedangnya untuk membuka kamarnya. Sesampai didepan ranjang, dia meraba dan mendapati ada seorang di sisi kiri ranjang dan seorang lagi di sisi kanan.
Dia sangat marah, dan mau menghunus pedangnya. Pada saat mau menghujamkan pedangnya, dia ingat lagi nasehat Confusius, jangan membunuh. Dia lalu menyalakan lilin dan ternyata yang tidur disamping istrinya
adalah adik istrinya.

Pada keesokan harinya, Yan Hui kembali ke Confusius, berlutut dan berkata:
"Guru, bagaimana guru tahu apa yang akan terjadi?"
Confusius berkata: "Kemarin hari sangatlah panas, diperkirakan akan
turun hujan petir, makanya guru mengingatkanmu untuk tidak berlindung dibawah pohon. Kamu kemarin pergi dengan amarah dan membawa pedang, maka guru mengingatkanmu agar jangan membunuh".
Yan Hui berkata: "Guru, perkiraanmu hebat sekali, murid sangatlah kagum." Confusius bilang: "Aku tahu kamu minta cuti bukanlah karena urusan keluarga.
Kamu tidak ingin belajar lagi dariku. Cobalah kamu pikir. Kemarin guru bilang 3x8=23 adalah benar, kamu kalah dan kehilangan jabatanmu. Tapi jikalau guru bilang 3x8=24 adalah benar, si pembeli kainlah yang kalah dan itu berarti akan hilang 1 nyawa. Menurutmu, jabatanmu lebih penting atau kehilangan 1 nyawa yang lebih penting?"
Yan Hui sadar akan kesalahannya dan berkata : "Guru mementingkan yang
lebih utama, murid malah berpikir guru sudah tua dan pikun. Murid benar2 malu."

Sejak itu, kemanapun Confusius pergi Yan Hui selalu mengikutinya.

Cerita ini mengingatkan kita:
Jikapun aku bertaruh dan memenangkan seluruh dunia, tapi aku kehilangan kamu, apalah artinya. Dengan kata lain, kamu bertaruh memenangkan apa yang kamu anggap adalah kebenaran, tapi malah kehilangan sesuatu yang lebih penting. Banyak hal ada kadar kepentingannya. Janganlah gara2 bertaruh mati2an untuk prinsip kebenaran itu, tapi akhirnya malah menyesal, sudahlah terlambat. Banyak hal sebenarnya tidak perlu dipertaruhkan. Mundur selangkah, malah yang didapat adalah kebaikan bagi semua orang.

Bersikeras melawan pelanggan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga. (Saat kita kasih sample barang lagi, kita akan mengerti).

Bersikeras melawan boss. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga. (Saat penilaian bonus akhir tahun, kita akan mengerti).

Bersikeras melawan suami. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga. (suami tidak betah di rumah)

Bersikeras melawan teman. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga. (Bisa-bisa kita kehilangan seorang teman).

Tajamnya paku bisa melubangi sebuah papan

Suatu hari ada seorang anak kecil berusia 7 tahun. Ia bernama Kodok .
Kodok sangat sayang dengan Neneknya, hal sekecil apa pun ia selalu menceritakannya kepada Neneknya. Hingga suatu hari ketika Kodok bertengkar dengan temannya di sekolah, sesampainya di rumah, Kodok langsung memanggil Neneknya.

"Neneeeeek . ." panggil si Kodok,
"Iya Nak" Jawab si Nenek . .
Si Nenek pun bertanya kepada si Kodok "ada apa Nak, koq kelihatannya kesal sekali . . apa ada masalah di sekolah ?"
"Iya Nenek, Kodok kesal sama temen di sekolah . . Tadi dia fitnah Kodok sampai Guru marah, Uuuuhhh" Timpal si Kodok dengan nada kesal .
Si Nenek hanya tersenyum dan kemudian Si Nenek pun menuju gudang untuk mencari sesuatu . .
"Nenek mau kemana ? Kodok kan lagi kesel " Tanya si Kodok .

Lalu si Nenek memberi sebuah Papan dan Paku kepada si Kodok, Kodok pun bingung dan bertanya "Untuk apa papan ini Nek ?"

"Jika Kamu sedang kesal sama teman atau siapa pun, kamu tancapkan paku ini ke papan yang Nenek kasih" jawab si Ibu .

"Tapi untuk apa Nenek ?" Tanya si Kodok dengan memasang raut wajah penuh tanya .

Nenek pun tersenyum dan betkata "Sudah, tancapkan saja paku itu kalo kamu lagi kesel, tetapi ingat, kamu ga boleh marah sama orang itu . Ok ?!"
"Baiklah" Timpal si Kodok .

Kemudian Kodok pun mengikuti apa yang di katakan sama Nenek nya, setiap Ia kesal, marah, dan sakit hati ia bergegas mengambil paku dan menancapkannya ke papan tersebut.

Suatu hari ketika papan itu sudah penuh dengan paku, Kodok langsung memberitahu Nenek nya . .
"Nek, papannya sudah penuh dengan paku",
"Coba kamu cabut paku-paku itu semua . ." jawab si Nenek . .
"Tapi untuk apa Nek ? Kan susah cabutnya" Jawab kodok dengan nada mengeluh .
"Sudah lakukan saja" Jawab si Nenek sambil tersenyum . .

Lalu Kodok pun mencabut semua paku yang selama ini ia tancapkan sebelumnya . .
dengan susah payah 1 demi 1 dicabutnya . . walau pun dalam hati penuh tanya apa maksud dari semuanya . .

Setelah Kodok berhasil mencabut semua paku ia pun bergegas menemui Neneknya . .

"Nek, pakunya sudah aku cabut semua . ." teriak si Kodok.

Nenek pun bertanya kepada Kodok "Susah ga cabut pakunya ?"

"Iya Nek, susah banget . ". Jawab si kodok .

Kemudian Nenek pun berkata . .

Kamu tau nak apa yang kamu dapat setelah kamu mengerjakan itu semua ?
Kodok pun menggelengkan kepalanya.
Coba kamu lihat lubang di papan itu, betapa banyak sekali lubang lubang disana .
Kamu bayangkan jika papan itu adalah hati dan paku adalah ucapanmu yang mampu melubangi hati orang lain .

Kamu dengan susah payah mencabut paku itu sama halnya dengan sulitnya meminta maaf .
Ketika kamu sudah meminta maaf namun lubang-lubang itu akan selalu ada, dengan kata lain luka di hati tersebut akan terus membekas walau pun kamu sudah meminta maaf .
Jadi jika kamu kesal, jangan pernah berkata-kata yang kasar terhadap orang itu atau membalasnya dengan kemarahan.
Api tidak bisa di lawan dengan api .
Ingat, memaafkan lebih baik dari pada meminta maaf .
Kodok pun tersenyum dan langsung memeluk Nenek sambil mengucap kan terimakasih .
Category:

Cinta tidak butuh alasan

Beberapa orang tidak pernah mengerti...

Satu waktu, seorang gadis bertanya dengan kekasihnya:

Gadis: Mengapa kamu menyukai saya ..? Mengapa kau mencintaiku?

Pria: Saya tidak bisa mengatakan alasannya .. tapi aku benar-benar suka sama kamu...

Gadis: Kamu bahkan tidak bisa menceritakan alasannya ... bagaimana kau bisa bilang kau suka sama saya? Bagaimana kau bisa bilang kau mencintaiku?

Pria: Aku benar-benar tidak tahu alasannya, tapi aku bisa membuktikan bahwa aku cinta padamu

Gadis: Buktikan? Tidak! Aku ingin kau menceritakan alasannya. Pacar teman saya bisa mengatakan mengapa dia mencintainya, tapi kenapa kamu tidak bisa?

Pria: Ok .. ok! Mm ... karena kamu cantik,
karena suara kamu yang merdu,
karena kamu peduli sama aku,
karena kamu mengasihi aku,
karena kamu bijaksana,
karena senyummu yang manis,
karena setiap gerakanmu.

Gadis itu merasa sangat puas dengan jawaban2 pria itu.

Sayangnya, beberapa hari kemudian, si gadis ini kecelakaan dan koma.

Pria itu datang ke rumah sakit dan meletakkan surat di sisi sang gadis,

Isi suratnya adalah:

"Sayang, karena suaramu yang merdu & manis kamu bahwa aku mencintaimu ... Sekarang Anda bisa bicara? Tidak! Karena itu aku tidak dapat mencintaimu.

Karena kamu mengkhawatirkan aku, aku suka kamu .. Sekarang kamu tidak dapat mengkhawatirkan aku, karena itu aku tidak dapat mencintaimu.

Karena senyummu, karena setiap gerakanmu, aku mencintaimu ..

Sekarang kamu bisa tersenyum? Sekarang kamu bisa bergerak? Tidak, karena itu aku tidak bisa mencintaimu ...

Jika cinta memerlukan alasan-alasan di atas, dengan kondisi sekarang ini, tidak ada alasan bagi saya untuk mencintai kamu lagi.

Apakah cinta butuh alasan?

TIDAK! Oleh karena itu, Aku masih dan akan tetap selalu mencintai kamu.
Category:

Layang-layang

Seorang anak sembilan tahun menatapi keelokan layang-layang yang baru saja dibawa sang ayah dari kota. Ukurannya begitu besar, tidak seperti layang-layang temannya. Ada kunciran di sisi kanan dan kiri, dan terdapat ekor yang begitu panjang. Warna-warni kunciran dan ekor layang-layang mengundang keceriaan sang anak.

Setibanya di tanah lapang, sang anak mendampingi ayahnya memainkan layang-layang yang ukurannya lebih besar dari tubuh sang anak. Tiupan angin kencang menerbangkan layang-layang elok ke angkasa. Kunciran dan ekor terus berurai-urai membentuk irama gerak yang begitu indah.

Sesekali, sang anak mencoba berganti posisi dengan sang ayah untuk belajar mengendalikan terbangnya layang-layang. Ia pun berdecak kagum. Matanya berbinar menatapi keelokan layang-layang yang sedang terbang tinggi di angkasa.

"Ayah," ucap sang anak tiba-tiba. Sang ayah pun menoleh ke arah buah hatinya. "Ayah, andai aku bisa seperti layang-layang. Bisa terbang dengan begitu elok di angkasa sana, sambil memperlihatkan keindahan kepada orang-orang di bawahnya," tambah sang anak sambil terus menatapi gerak-gerik layang-layang.

Mendengar ucapan itu, sang ayah pun membelai rambut pendek anaknya. "Sebaiknya kamu tidak berandai untuk menjadi layang-layang, anakku!" ucap sang ayah.

"Kenapa, ayah? Kalau saja aku bisa seperti layang-layang, bukankah aku bisa menatap seluruh keadaan di bawah sini," sergah sang anak penuh tanda tanya.

"Anakku, jangan pernah berandai menjadi layang-layang. Perhatikanlah, walaupun layang-layang berada di tempat yang begitu tinggi, tapi ia tetap di bawah kendali oleh mereka yang di bawah," jelas sang ayah begitu bijak.
**

Siapa pun kita, dalam optimisme meraih posisi hidup yang lebih baik, tentu ingin selalu berada di tempat yang tinggi. Ingin menjadi leader, sang pemimpin yang disegani, menjadi orang teratas di organisasi, perusahaan, bahkan mungkin negara. Sebuah cita-cita hidup seperti yang diajarkan Alquran, waj'alna lil muttaqina imama, jadikanlah kami sebagai pemimpin orang-orang yang bertakwa.

Namun, berhati-hatilah ketika optimisme meraih posisi tinggi itu tidak sejalan dengan idealisme dan kemampuan diri yang memadai. Karena kita bisa seperti layang-layang. Berada di posisi yang paling tinggi, sementara sang pengendali ada di bawah.

Ia berada di posisi tinggi karena ada 'tangan-tangan' di bawah yang membuatnya tinggi. Keelokannya di ketinggian itu hanya permainan sang 'tangan' dan tiupan angin.
Category:

Telaga Hati

Suatu hari seorang tua bijak didatangi seorang pemuda yang sedang dirundung masalah.
Tanpa membuang waktu pemuda itu langsung berkeluh kesah menceritakan semua masalahnya.

Pak tua bijak hanya mendengarkan dengan seksama,
lalu ia mengambil segenggam serbuk pahit
dan meminta anak muda itu untuk mengambil segelas air.

Ditaburkannya serbuk pahit itu ke dalam gelas,
lalu diaduknya perlahan coba kau minum ini
dan katakan bagaimana rasanya, ujar pak tua.

PAHIT sekali , jawab pemuda itu sambil membuang ludah ke samping.

Pak tua itu tersenyum,
lalu mengajak tamunya ini untuk berjalan ke tepi telaga belakang rumahnya.

Kedua orang itu berjalan berdampingan dan akhirnya sampai ke tepi telaga yg tenang itu.
sesampai disana pak tua itu kembali menaburkan serbuk pahit ke telaga itu,
dan dengan sepotong kayu ia mengaduknya,
sekarang coba ambil air dari telaga ini dan minumlah,
saat si pemuda meneguk air itu,

Pak tua kembali bertanya lagi kepadanya,
Bagaimana rasanya?
SEGAR , sahut si pemuda.

Apakah kamu merasakan pahit di dalam air itu ? tanya pak tua.
Tidak, sahut pemuda itu.

Pak tua tertawa sambil berkata: Anak muda, dengarkan baik-baik.
"pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam serbuk pahit ini,
tak lebih tak kurang. Jumlah dan rasa pahitnya pun sama
dan memang akan tetap sama.
tetapi kepahitan yang kita rasakan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki.

Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkannya.
Jadi saat kau merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup,
hanya ada satu yg kau dapat lakukan, lapangkanlah dadamu menerima semuanya itu, luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu,"

Pak tua itu lalu kembali menasehatkan :
"Hatimu adalah wadah itu, perasaanmu adalah tempat itu.
Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya.
Jadi jangan jadikan hatimu seperti gelas,
tetapi buatlah laksana telaga yg mampu menampung setiap kepahitan itu,
dan merubahnya menjadi kesegaran dan kedamaian."
Category:

Kita seperti sebuah buku

Manusia seperti sebuah buku.
Cover depan adalah tanggal lahir.
Cover belakang adalah tanggal kematian.

Tiap lembarnya, adalah tiap2 hari dalam hidup kita dan apa yang kita lakukan.

Ada buku yang tebal.
Ada buku yang tipis.

Ada buku yang menarik dibaca.
Ada yang tidak sama sekali.

Sekali menulis, tidak akan pernah berhenti sampai selesai.
Yang hebatnya,
seburuk apapun halaman sebelumnya,
selalu tersedia halama selanjutnya yang putih bersih, baru dan tiada cacat.

Sama dengan hidup kita,
Seburuk apapun kemarin,
Tuhan selalu menyediakan hari yang baru untuk kita.

Kita selalu diberi kesempatan yang baru untuk melakukan sesuatu yang benar dalam hidup kita setiap harinya. Memperbaiki kesalahan kita dan melanjutkan alur cerita yang sudah ditetapkanNya untuk kita masing2.

Nikmatilah dan isilah halaman buku kehidupan kita dengan hal2 yang benar.

Supaya pada saat halama terakhir buku kehidupanmu selesai, engkau didapati sebagai pribadi yang layak dijadikan teladan bagi generasi setelahnya.

Selamat menulis di buku kehidupanmu dengan tinta cinta dan pena kebijakan.
Category:

Kekayaan yang tidak terlihat

Suatu ketika seseorang yang sangat kaya mengajak anaknya mengunjungi sebuah kampung dengan tujuan utama memperlihatkan kepada anaknya betapa orang-orang bisa sangat miskin.

Mereka menginap beberapa hari di sebuah daerah pertanian yang sangat miskin.

Pada perjalanan pulang, sang Ayah bertanya kepada anaknya.

"Bagaimana perjalanan kali ini? "
"Wah, sangat luar biasa Ayah"
"Kau lihatkan betapa manusia bisa sangat miskin" kata ayahnya.
"Oh iya" kata anaknya"
"Jadi, pelajaran apa yang dapat kamu ambil?" tanya ayahnya.

Kemudian si anak menjawab.

"Saya saksikan bahwa :
Kita hanya punya satu anjing, mereka punya empat.
Kita punya kolam renang yang luasnya sampai ke tengah taman kita dan mereka memiliki telaga yang tidak ada batasnya.
Kita mengimpor lentera-lentera di taman kita dan mereka memiliki bintang-bintang pada malam hari.
Kita memiliki patio sampai ke halaman depan, dan mereka memiliki cakrawala secara utuh.
Kita memiliki sebidang tanah untuk tempat tinggal dan mereka memiliki ladang yang melampaui pandangan kita.
Kita punya pelayan-pelayan untuk melayani kita, tapi mereka melayani sesamanya.
Kita membeli untuk makanan kita, mereka menumbuhkannya sendiri.
Kita mempunyai tembok untuk melindungi kekayaan kita dan mereka memiliki sahabat-sahabat untuk saling melindungi."

"Mendengar hal ini sang Ayah tak dapat berbicara.

Kemudian sang anak menambahkan
"Terimakasih Ayah, telah menunjukkan kepada saya betapa miskinnya kita."

Betapa seringnya kita melupakan apa yang kita miliki dan terus memikirkan apa yang tidak kita punya. Apa yang dianggap tidak berharga oleh seseorang ternyata merupakan dambaan bagi orang lain.

Semua ini berdasarkan kepada cara pandang seseorang.

Membuat kita bertanya apakah yang akan terjadi jika kita semua bersyukur kepada Tuhan sebagai rasa terima kasih kita atas semua yang telah disediakan untuk kita daripada kita terus menerus khawatir untuk meminta lebih.

Jadi, syukurilah hidup ini!

Menulis di atas pasir

Ini sebuah kisah tentang dua orang sahabat karib yang sedang berjalan melintasi gurun pasir. Di tengah perjalanan, mereka bertengkar dan salah seorang menampar temannya. Orang yang kena tampar merasa sakit hati, tapi dengan tanpa berkata-kata, dia menulis di atas pasir: "Hari ini, sahabat terbaikku menampar pipiku."

Mereka terus berjalan sampai akhirnya menemukan sebuah oasis. Mereka memutuskan untuk mandi. Orang yang pipinya kena tampar dan terluka hatinya, mencoba berenang namun nyaris tenggelam, tapi dia berhasil diselamatkan oleh sahabatnya. Ketika dia siuman dan rasa takutnya sudah hilang, dia menulis di sebuah batu: "Hari ini, sahabat terbaikku menyelamatkan nyawaku."

Orang yang menolong dan menampar sahabatnya, bertanya "Kenapa setelah saya melukai hatimu, kau menulisnya di atas pasir dan sekarang menuliskan ini di batu?" Sambil tersenyum temannya menjawab, "Ketika seorang sahabat melukai kita, kita harus menulisnya di atas pasir agar angin maaf datang berhembus dan menghapus tulisan itu. Dan bila sesuatu yang luar biasa baik terjadi, kita harus memahatnya di atas batu hati kita, agar takkan pernah bisa hilang tertiup angin."

Dalam hidup ini ada kalanya kita dan orang terdekat kita berada dalam situasi yang sulit, yang kadang menyebabkan kita mengatakan atau melakukan hal-hal yang menyakiti satu sama lain. Juga terjadinya beda pendapat dan konflik karena sudut pandang yang berbeda. Oleh karena itu, sebelum kita menyesal di kemudian hari, cobalah untuk saling memaafkan dan melupakan masa lalu.

Belajarlah menulis di atas pasir....

menulis di pasir

Category:

Cara mengemas hidup

Bagi sebagian orang pemasaran identik dengan sales/tenaga penjual.

Apabila mendengar kata pemasaran, pikiran langsung melayang pada sosok sales, membawa barang dagangan di kanan kiri motor, menawarkan produk sana sini, dikejar-kejar target,wuah, pasti dalam hati langsung berkata "No!!!! masa sekolah tinggi-tinggi hanya jadi sales".

Hal ini didukung dengan para orang tua yang menanamkan bahwa pendidikan yang diberikan kepada anak-anak mereka nantinya sebagai bekal menjadi orang kantoran, duduk di belakang meja, ruangan ber-ac plus gaji gede. Wuah, impian semua orang kalau memang harapan tersebut bisa semuanya terkabul.

Tapi ??

Benarkah kenyataan itu dirasakan. Banyak sekali keluhan-keluhan yang mampir di telinga penulis. "Pekerjaan hanya di kantor, ruangan ac tapi kenapa gak bosan-bosannya aku dihinggapi rasa cemas ??" seorang teman datang sambil mengeluh. " Perlu refreshing, mungkin bisa membuatmu tenang!!" saran saya. "Sama saja, lagian mana ada waktu buat refreshing toh sepulang dari refreshing juga kayak gini lagi".

Senyum dan doa semoga kawan saya tersebut menemukan solusi yang tepat bagi dirinya sendiri. Sedikit kejam mungkin sebagai kawan saya tidak membantu apa-apa, sekedar saran refreshing semua orang pasti bisa. Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa saya berharap kawan saya menemukan solusi yang tepat bagi dirinya sendiri merupakan hal yang paling tidak mudah.

Tapi itu adalah kunci dari semua yaitu DIRI SENDIRI.

Coba kita renungkan. Saat kita bayi, bukankah belajar tengkurap adalah kemauan kita sendiri karena ingin punya variasi gerak selain telentang sambil terkekeh kekeh apabila ayah dan ibu menggoda dengan mainan kesukaan kita. Kemudian ketika kita belajar berjalan, itu juga kemauan kita sendiri. Mulai dari berpegangan pada tepian meja lalu berdiri kemudian berjalan, tiba-tiba

Gubrakk!!

Ibu menjerit. Tapi kita tetap pantang menyerah, terus dan terus belajar hingga bisa berlari menikmati luasnya dunia ini. Masih banyak lagi hal-hal yang seringkali tidak kita sadari telah kita lakukan hingga saat ini. Saya rasa tentang diri sendiri cukup anda sendiri yang bisa memahami.

Ada baiknya kita kembali ke topik pemasaran.

Ternyata sebagian besar hidup kita, terdiri atas peristiwa yang berkaitan dengan pemasaran. Entah anda setuju atau tidak sebagai contoh kawan saya tadi, dia menjual kemampuan dan ilmu pengetahuannya untuk pekerjaan di kantor, ruangan ber-ac, gaji gede bahkan menjual waktu refreshingnya demi mendapatkan satu kata cemas.

Kadang saya sendiri juga bingung, kalau dikategorikan sukses, saya bukan orang sukses. Kalau dikategorikan sebagai penulis, saya cuma iseng-iseng saja di waktu longgar. Tapi apakah saya juga harus kejam pada hidup saya, haruskah saya menjual hidup dan hanya mendapatkan kecemasan. Anda mungkin juga sependapat dengan saya, semoga.

Kalau begitu dalam keseharian kita jadi pemasar??jadi sales dong??kalau saya jawab bukan, jelas saya pembohong publik dan saya tidak mau jadi pembohong yang menjual rayuan. Pasti anda berkata dalam hati, menjual lagi, menjual lagi. Apa benar sehari-hari menjadi sales bagi diri kita sendiri ?? Mungkin itu jawaban yang lebih bijak buat kita semua sehingga pandangan tentang pemasaran tidak lagi mengarah hanya pada sales (tenaga penjual) tapi lebih kepada aplikasi dalam kehidupan yang lebih luas cakupannya.

Bukan penulis ingin memberikan pledoi terhadap pemasaran tetapi apa yang dibahas di atas hanya untuk membukakan cakrawala tentang pemasaran sehingga nantinya kita tidak lagi menjual hidup kita pada hal-hal yang tidak perlu bahkan mungkin merusak diri kita sendiri.

Penulis memberi judul artikel ini HOW to PACKAGE (Bagaimana Mengemas) sehingga kita bisa mengatur hidup lebih bermakna bukan sekedar kemas jual. Semua orang bisa mengemas tapi mengemas yang berkualitas belum tentu semua orang mampu.

Dengan sudut pandang/cakrawala yang telah terbuka luas kita dapat meraba-raba hidup kita mulai dari bangun tidur, beraktivitas sampai dengan tidur lagi.

Percaya atau tidak dalam rangkaian satu hari beraktivitas anda dan saya banyak melakukan kegiatan mengemas dan tentunya menjual. Sebagai contoh saat bangun tidur kemudian mandi dan berganti baju, ini adalah contoh sederhana yang menjadi rutinitas kita sehari-hari. Kegiatan sesederhana itu kita lakukan bukan tanpa tujuan, salah satunya agar kita tampak menarik.

Usaha untuk tampak menarik adalah cara kita mengemas diri kita sehingga apabila nanti berkomunikasi dengan kawan atau orang-orang sepanjang perjalanan kita tampil penuh percaya diri tanpa rasa cemas. Lagi-lagi kata cemas, tapi jujur bila mengakui lebih sering hidup kita, kita jual pada kecemasan.

Dengan kegiatan mengemas kita tampil percaya diri. Mengemas sendiri mendapatkan percaya diri. Simpel dan tidak ada kata-kata cemas di sana. Bukankah itu lebih baik. Secara sederhana memang gampang diuraikan tapi hidup kan bukan sekedar mandi, dandan terus pergi aktivitas ? mungkin itu yang menjadi pertanyaan anda. Tanpa perlu melotot, daripada bola mata mencolot. Coba kita cermati, bukankah dengan hal sesederhana itu kita bisa menikmati aktivitas kita. Bukankah dengan berdandan kita tampil percaya diri bahkan bila di kaca sering kita merasa paling tampan/cantik (bila di kaca). Itu baru yang sederhana untuk aktivitas biasa, bagaimana jika kita tiba-tiba mendapatkan kesempatan bertemu dengan Bapak Presiden. Pasti heboh luar biasa.

Ternyata kunci mengemas hidup adalah hal-hal kecil yang kita lakukan untuk diri kita sendiri dalam menghadapi kehidupan, seperti yang saya utarakan berupa doa untuk kawan saya tadi. How to Package your life, It's all about yours. Bagaimana mengemas hidup anda, semuanya tergantung anda sendiri. Pilihannya mau menjual hanya kepada kecemasan atau pada percaya diri yang anda mulai dari diri sendiri. Saya hanya mengingatkan hal yang besar akan tiba jika anda mampu mengemas sendiri hal yang kecil dengan kualitas nomor 1, dipadu dengan rasa syukur kepada Tuhan menjadikan semuanya luar biasa.

Renungan hari ini ditulis oleh Dans Nugros dan diambil dari Resensi.Net

Category:

Belajar dari air yang mengalir

Jika Anda sekarang sedang frustrasi karena telah berjuang dan melakukan yang terbaik, tetapi masih belum mendapatkan apa yang Anda harapkan, jangan berkecil hati. Kebanyakan orang ketika mereka tidak kunjung memperoleh hasil sesuai harapan, mereka akan melambaikan sapu tangan putih dan menyerah.

Hal ini wajar dan kadang tidak terelakkan, karena manusia cenderung patah semangat ketika hasil yang buruk terus berdatangan meskipun mereka telah berbuat yang terbaik. "Untuk apa lagi saya meneruskan ini semua. Saya sudah mengerahkan seluruh tenaga, waktu dan pikiran saya, tetapi apa yang saya dapatkan sungguh mengecewakan. Lebih baik saya berhenti sampai di sini saja", adalah pernyataan yang sering sekali diucapkan seseorang yang sebentar lagi akan berhenti dan menyerah kalah dalam perjuangannya meraih impian.

Kadang, Anda akan diuji apakah Anda benar-benar serius terhadap apa yang sangat Anda impikan. Ujian itu akan datang dalam bentuk berbagai halangan, rintangan, kegagalan dan hal-hal menyakitkan yang mungkin membuat Anda tidak dapat bertahan lebih lama lagi. Itulah sebabnya mengapa orang yang berhasil melewati ujian itu sungguh sedikit. Dan mereka yang berhasil lulus dalam ujian itu berhak atas apa yang selama ini mereka impikan.

Menyerah adalah pilihan yang mungkin sangat mudah diambil oleh siapapun. Tapi, menyerah juga tidak akan membuat Anda jauh lebih baik. Apakah Anda rela apa yang selama ini akan Anda perjuangkan harus Anda kubur dalam-dalam hanya karena ingin MENYERAH? Anda mungkin masih ingat, ketika pertama kali memutuskan dan bertekad untuk sukses atau meraih sebuah impian, Anda begitu menggebu-gebu. Api semangat yang begitu membara mengubah Anda menjadi begitu termotivasi. Tetapi, seiring berlalunya waktu ketika Anda terus menemui kegagalan, api yang membara menjadi padam. Saat api padam, mungkin itulah saat Anda menyatakan Anda ingin menyerah.

Jika Anda ingin menyerah, maka saya ingin Anda belajar dari air yang mengalir. Pergilah ke sungai yang deras atau bayangkan sungai dalam pikiran Anda.

Water Flowing over Rocks, Little Pigeon River, Great Smoky Mountains National Park, Tennessee, USA



Air terus mengalir ke satu arah, tidak peduli apa yang terjadi. Ketika ada batu besar di tengah-tengah, apakah air akan menyerah dan berhenti mengalir? Apakah air akan berkata, "Ada batu besar di depan, lebih baik saya menyerah dan berbalik"?

Air itu akan tetap mengalir melewati batu dengan mengalir ke sisi kiri dan kanan batu. Meskipun Anda menghalangi air dengan membuat penahan di sepanjang sungai, air akan tetap mengalir. Seperti layaknya bendungan, meskipun air ditahan, ia akan terus mengalir dan dalam waktu lama akan berkumpul lebih tinggi dari bendungan dan berhasil mengalir keluar. Hebatnya, semakin ditahan, kekuatan air akan semakin besar sehingga dapat membangkitkan listrik.

Air tidak pernah berpikir untuk berbalik arah. Air tidak pernah berhenti untuk mengalir hanya karena ada beberapa penahan di depannya.

Anda juga bisa belajar dari prinsip air yang mengalir. Anda harus terus maju dan berjuang demi impian Anda. Jika menemui rintangan yang berat, maka Anda bisa mengambil jalan lain dan melewatinya, seperti air yang mengalir melewati sisi kiri dan kanan batu. Air tidak pernah mundur, Anda juga tidak boleh mundur, karena mundur itu lebih mudah daripada terus maju.

Air juga tidak pernah takut jika sudah berada di tepi air terjun. Ia akan terus mengalir dan jatuh ke bawah dan kemudian terus mengalir maju ke depan. Begitu juga, ketika Anda menemui sesuatu hal yang sangat membuat gentar, maka Anda harus berani menghadapinya daripada menghindari dan memutuskan untuk menyerah.

Semoga air yang mengalir ini bisa mengubah diri Anda dari yang pesimis dan mudah menyerah menjadi pribadi yang tegar, optimis dan selalu bangkit dari kegagalan untuk menuju tujuan akhir di mana Anda ingin berada.

Success 4 U,
Suhardi

Gambar di atas diambil dari: Water Flowing over Rocks, Little Pigeon River, Great Smoky Mountains National Park, Tennessee, USA by Panoramic Images - AllPosters
Renungan hari ini diambil dari Andrie Wongso

Category:

Inilah tempat terbaik kita

Dimanapun kita berada, maka disitulah tempat terbaik kita..!
Seringkali kita merasa terkungkung dengan lingkungan dimana kita berada.
Tidak jarang orang berpikir dan merasa bahwa tidak mungkin bagi mereka untuk bisa meraih sukses.

Misalnya mereka yang hidup di daerah terpencil, merasa susah, dan jauh untuk mendapat sentuhan teknologi, atau menerima informasi terbaru dengan cepat. Hingga berpikir, begitu susahnya berjuang dan mengembangkan usaha.

Sebaliknya, mereka yang hidup di kota besar berpikir betapa sesaknya dunia. Begitu ketatnya tingkat persaingan hidup. Dimana pun berada, saling sikut, saling senggol, saling tendang. Hingga akhirnya memutuskan, memang susah untuk menjadi yang terdepan.

Dalam berjuang segala sesuatunya memang seringkali tidak sesuai keinginan kita.
Bisa jadi kita merasa lingkungan tidak lagi ramah, dan kondisinya tidak nyaman.

Padahal sesungguhnya, dimanapun kita berada, pahami bahwa ITULAH tempat terbaik kita. Tempat dimana kita hidup, tempat di mana kita memperjuangkan apapun yang kita inginkan.

Sekarang, mari kita renungkan sejenak:

1. Jika kita selalu saja berpikir bahwa tempat lain adalah lebih baik, maka sampai kapan kita akan mulai berjuang?
2. Jika kita selalu saja menunggu datangnya kesempatan emas di tempat lain, berapa banyak waktu yang terbuang, hanya sekadar untuk menunggunya?
3. Jika kita selalu saja menunda apapun yang bisa kita lakukan di tempat kita berada sekarang, maka berapa banyak kesempatan yang terbuang percuma?

Dan masih banyak lagi hal yang perlu kita renungkan..!

Karenanya, jika saja kita mau berpikir bahwa inilah tempat terbaik kita, maka kita akan memiliki kesadaran dan kemampuan untuk membuat segala sesuatunya menjadi lebih baik, lebih bernilai, dan penuh arti!

Kita semua memiliki kesempatan emas untuk menjadi besar & benar dimana saja, asal, kita mau memperjuangkannya!

Renungan hari ini diambil dari Tomy Diamond

Selembar kertas kosong

Suatu hari....
aku diberi
sebuah kertas kosong .........
guruku bilang
tulislah di sana ...
apa yang kau ketahui tentang ....
kehidupan.

Aku termenung memandangi kertas putih itu
tak satu kata pun
berhasil kutuangkan ke atasnya
guruku bertanya
apakah kesulitanmu .....
aku bilang
terlalu banyak hal di dalam kehidupan
aku tak tahu
darimana aku harus memulai

Lalu ia berkata
tulislah tentang dirimu sendiri
itulah wujud yang paling indah
dan paling ajaib
dari kehidupan ....

Ketika aku lulus bersekolah
dan berpisah dengannya
aku larut dalam perjalananku
dan melupakannya

sampai suatu hari ...
aku kembali disodori kertas putih kosong
namun kali ini oleh seorang mahluk mungil
yang hadir dari tubuhku,
jiwanya yang polos bak kertas putih itu
meminta hal yang sama
supaya aku menuliskan ....
kehidupan,
dan bagaimana ia harus menjalaninya
aku tertegun .....
tiba-tiba teringat olehku bapa guruku dulu

dan menulislah aku di situ ....
anakku, aku akan memberimu
sepasang sayap
untuk terbang ....
merentas cakrawala
merengkuh hidup

namun ...belajarlah sendiri
dengan caramu,
dengan ikhtiarmu
bagaimana..engkau akan terbang
ke manapun jiwamu menginginkannya...

dan tulislah sendiri di sini ...
semua kegembiraan perjalananmu
dan bagaimana engkau mengisi hidupmu
dengan aspirasimu sendiri

kelak kertas ini akan menjadi saksi
bagaimana engkau
menuliskan makna dan sejarah ....
hidupmu sendiri

terbanglah sebebas awan
seluas cakrawala
sebentang langit
sejauh ufuk ....

hingga kautemukan ...
indahnya kehidupan
di dalam engkau....
menjalaninya ....
dengan cinta dan harapan

san donato, 29 mei 2009


Renungan hari ini diambil dari My Little Candle Blogspott

Category:

Pakaian Kebahagiaan


Suatu ketika, tersebutlah seorang raja yang kaya raya. Kekayaannya sangat melimpah. Emas, permata, berlian, dan semua batu berharga telah menjadi miliknya. Tanah kekuasaannya, meluas hingga sejauh mata memandang. Puluhan istana, dan ratusan pelayan siap menjadi hambanya.

Karena ia memerintah dengan tangan besi, apapun yang diinginkannya hampir selalu diraihnya. Namun, semua itu tak membuatnya merasa cukup. Ia selalu merasa kekurangan. Tidurnya tak nyenyak, hatinya selalu merasa tak bahagia. Hidupnya, dirasa sangatlah menyedihkan.

Suatu hari, dipanggillah salah seorang prajurit tebaiknya. Sang Raja lalu berkata, "Aku telah punya banyak harta. Namun, aku tak pernah merasa bahagia. Karena itu, ujar sang raja, "aku akan memerintahkanmu untuk memenuhi keinginanku. Pergilah kau ke seluruh penjuru negeri, dari pelosok ke pelosok, dan temukan orang yang paling berbahagia di negeri ini. Lalu, bawakan pakaiannya kepadaku."

"Carilah hingga ujung-ujung cakrawala dan buana. Jika aku bisa mendapatkan pakaian itu, tentu, aku akan dapat merasa bahagia setiap hari. Aku tentu akan dapat membahagiakan diriku dengan pakaian itu. Temukan sampai dapat! " perintah sang Raja kepada prajuritnya. "Dan aku tidak mau kau kembali tanpa pakaian itu. Atau, kepalamu akan kupenggal !!

Mendengar titah sang Raja, prajurit itupun segera beranjak. Disiapkannya ratusan pasukan untuk menunaikan tugas. Berangkatlah mereka mencari benda itu. Mereka pergi selama berbulan-bulan, menyusuri setiap penjuru negeri. Seluas cakrawala, hingga ke ujung-ujung buana, seperti perintah Raja. Di telitinya setiap kampung dan desa, untuk mencari orang yang paling berbahagia, dan mengambil pakaiannya.

Sang Raja pun mulai tak sabar menunggu. Dia terus menunggu, dan menunggu hingga jemu. Akhirnya, setelah berbulan-bulan pencarian, prajurit itu kembali. Ah, dia berjalan tertunduk, merangkak dengan tangan dan kaki di lantai, tampak seperti sedang memohon ampun pada Raja. Amarah Sang Raja mulai muncul, saat prajurit itu datang dengan tangan hampa.
"Kemari cepat!!. "Kau punya waktu 10 hitungan sebelum kepalamu di penggal. Jelaskan padaku mengapa kau melanggar perintahku. Mana pakaian kebahagiaan itu!" gurat-gurat kemarahan sang raja tampak memuncak.

Dengan airmata berlinang, dan badan bergetar, perlahan prajurit itu mulai angkat bicara. "Duli tuanku, aku telah memenuhi perintahmu. Aku telah menyusuri penjuru negeri, seluas cakrawala, hingga ke ujung-ujung buana, untuk mencari orang yang paling berbahagia. Akupun telah berhasil menemukannya.

Kemudian, sang Raja kembali bertanya, "Lalu, mengapa tak kau bawa pakaian kebahagiaan yang dimilikinya?

Prajurit itu menjawab, "Ampun beribu ampun, duli tuanku, orang yang paling berbahagia itu, TIDAK mempunyai pakaian yang bernama kebahagiaan."
***
Teman, bisa jadi, memang tak ada pakaian yang bernama kebahagiaan. Sebab, kebahagiaan, seringkali memang tak membutuhkan apapun, kecuali perasaan itu sendiri. Rasa itu hadir, dalam bentuk-bentuk yang sederhana, dan dalam wujud-wujud yang bersahaja.

Seringkali memang, kebahagiaan tak di temukan dalam gemerlap harta dan permata. Seringkali memang, kebahagiaan, tak hadir dalam indahnya istana-istana megah. Dan ya, kebahagiaan, seringkali memang tak selalu ada pada besarnya penghasilan kita, mewahnya rumah kita, gemerlap lampu kristal yang kita miliki, dan indahnya jalinan sutra yang kita sandang.

Seringkali malah, kebahagiaan hadir pada kesederhanaan, pada kebersahajaan. Seringkali rasa itu muncul pada rumah-rumah kecil yang orang-orang di dalamnya mau mensyukuri keberadaan rumah itu. Seringkali, kebahagiaan itu hadir, pada jalin-jemalin syukur yang tak henti terpanjatkan pada Ilahi.

Sebab, teman, kebahagiaan itu memang adanya di hati, di dalam kalbu ini. Kebahagiaan, tak berada jauh dari kita, asalkan kita mau menjumpainya. Ya, asalkan kita mau mensyukuri apa yang kita punyai, dan apa yang kita miliki.
Adakah "pakaian-pakaian kebahagiaan" itu telah Anda sandang dalam hati? Temukan itu dalam diri.

Kiriman dari seorang sahabat yang tidak mau disebut namanya

Renungan hari ini diambil dari Resensi.Net

Ketika Menggapai Impian


Sering sekali dalam kehidupan kita menyerah di tengah jalan.

Kita berhenti karena merasa lelah.
Kita berhenti karena merasa bosan.

Padahal,
Kalau diteruskan akan sampai juga.
Kalau diteruskan impian itu akan terwujud.



Hands Reach Toward the Blue Sky



Jadi,
Jangan pernah berhenti dalam menggapai impian.
Jangan pernah lelah dalam mecapai puncak yang anda tuju.

Tetap berusaha.
Karena semua akan indah pada waktuNya.

Orang Gagal berhenti terlalu cepat.
Orang Sukes bertahan lebih lama.



Gambar di atas diambil dari: Childrens Hands Reach Toward the Blue Sky Photographic Print - Allposters

Sekantong Kue

Perempuan itu mencoba mengabaikannya dan melanjutkan membaca sambil juga mengambil dan mengunyah kue dengan perasaan jengkel. Dalam hatinya, ia berpikir, "Kalau aku bukan orang baik pasti sudah aku marahi orang ini!"

Ia semakin kesal saat si pencuri kue yang berani seakan berlomba menghabiskan kue persediaannya. Setiap ia mengambil satu kue, si lelaki juga mengambil satu. Ketika tinggal satu kue yang tersisa, ia bertanya-tanya apa yang akan dilakukan lelaki itu? Dengan senyum di wajahnya, tanpa merasa bersalah, lelaki itu mengambil kue terakhir dan membaginya menjadi dua. Diberikannya separuh kue kepada perempuan itu dan ia makan sisa separuhnya.

Si perempuan dengan bersungut-sungut dan muka menahan marah merebut kue itu sambil berpikir "Ya ampun orang ini, tidak merasa bersalah sedikit pun makan kue orang lain! Sungguh tidak tahu malu dan menyebalkan!"

Saat jadwal penerbangannya diumumkan, bergegas si perempuan itu pergi, tanpa menoleh sedikit pun kepada si pencuri kue dan berharap tidak berjumpa lagi dengan pencuri tidak tahu terima kasih itu.

Setiba di atas pesawat, sambil menghela napas lega, dia menempati tempat duduknya. Saat ingin melanjutkan membaca, segera tangannya meraih ke dalam tas. Dan...dia pun terkejut setengah mati! Astaga, jari tangannya tengah meraba kantong kue! Masih tertutup dan belum tersentuh pula!

Sesaat pikirannya terasa lumpuh, "Aduh! Jadi....kue yang telah kumakan tadi adalah milik lelaki itu! Sungguh keterlaluan aku, menuduh orang mencuri, mencurigai orang yang tidak bersalah, yang ternyata adalah si pemilik kue itu sendiri. Sebenarnya akulah yang tidak tahu malu, kasar, dan tidak tahu berterima kasih!"

Sambil memejamkan mata penuh sesal, dia tahu, sudah terlambat untuk meminta maaf atas kesalahannya menuduh orang lain yang tidak bersalah.

Dalam hidup ini, kisah seperti di atas sering terjadi! Kita sering berburuk sangka dan melihat orang lain dengan persepsi / "kacamata" kita sendiri. Menuduh orang lain yang salah, tidak tahu diri, tidak tahu malu, pembuat masalah, dan lain sebagainya. Akibatnya, muncul konflik yang tidak berguna.

Alangkah baiknya apabila kita mampu berkaca pada diri sendiri sebelum melontarkan segala tuduhan kepada orang lain. Juga, berusaha mengendalikan pikiran secara jernih. Sehingga penyesalan di kemudian hari tidak terjadi.

Penulis: Andrie Wongso
Renungan hari ini diambil dari buku 18 Wisdom & Success - Classical Motivation Stories 3

Category:

Pay it Forward

Saat terlintas keraguan apakah mungkin perbuatan baik yang kecil dan sederhana yang kita lakukan kepada orang lain akan mampu mempengaruhi kehidupan mereka, mungkin Film "PAY IT FORWARD" bisa menjadi pendorong yang memberikan kita semangat untuk selalu tidak jemu-jemu berbuat baik kepada orang lain.

Pay it Forwards



Kisahnya bercerita tentang seorang anak umur delapan tahun bernama Trevor yang berpikir jika dia melakukan kebaikan kepada tiga orang disekitarnya, lalu jika ke tiga orang tersebut meneruskan kebaikan yang mereka terima itu dengan melakukan kepada tiga orang lainnya dan begitu seterusnya, maka dia yakin bahwa suatu saat nanti dunia ini akan dipenuhi oleh orang-orang yang saling mengasihi. Dia menamakan ide tersebut: "PAY IT FORWARD"

Singkat cerita, Trevor memutuskan bahwa tiga orang yang akan menjadi bahan eksperimen adalah mamanya sendiri (yang menjadi single parent), seorang pemuda gembel yang selalu dilihatnya dipinggir jalan dan seorang teman sekelas yang selalu diganggu oleh sekelompok anak-anak nakal.

Percobaanpun dimulai : Trevor melihat bahwa mamanya yang sangat kesepian, tidak punya teman untuk berbagi rasa, telah menjadi pecandu minuman keras. Trevor berusaha menghentikan kecanduan mamanya dengan cara rajin mengosongkan isi botol minuman keras yang ada dirumah mereka, dia juga mengatur rencana supaya mamanya bisa berkencan dengan guru sekolah Trevor.

Sang mama yang melihat perhatian si anak yang begitu besar menjadi terharu, saat sang mama mengucapkan terima kasih, Trevor berpesan kepada mamanya "PAY IT FORWARD, MOM"

Sang mama yang terkesan dengan yang dilakukan Trevor, terdorong untuk meneruskan kebaikan yang telah diterimanya itu dengan pergi ke rumah ibunya (nenek si Trevor), hubungan mereka telah rusak selama bertahun-tahun dan mereka tidak pernah bertegur sapa, kehadiran sang putri untuk meminta maaf dan memperbaiki hubungan diantara mereka membuat nenek Trevor begitu terharu, saat nenek Trevor mengucapkan terima kasih, si anak berpesan :"PAY IT FORWARD, MOM"

Sang nenek yang begitu bahagia karena putrinya mau memaafkan dan menerima dirinya kembali, meneruskan kebaikan tersebut dengan menolong seorang pemuda yang sedang ketakutan karena dikejar segerombolan orang untuk bersembunyi di mobil si nenek, ketika para pengejarnya sudah pergi, si pemuda mengucapkan terima kasih, si nenek berpesan : "PAY IT FORWARD, SON".

Si pemuda yang terkesan dengan kebaikan si nenek, terdorong meneruskan kebaikan tersebut dengan memberikan nomor antriannya di rumah sakit kepada seorang gadis kecil yang sakit parah untuk lebih dulu mendapatkan perawatan, ayah si gadis kecil begitu berterima kasih kepada si pemuda ini, si pemuda berpesan kepada ayah si gadis kecil : "PAY IT FORWARD, SIR"

Ayah si gadis kecil yang terkesan dengan kebaikan si pemuda, terdorong meneruskan kebaikan tersebut dengan memberikan mobilnya kepada seorang wartawan TV yang mobilnya terkena kecelakaan pada saat sedang meliput suatu acara, saat si wartawan berterima kasih, ayah si gadis berpesan:"PAY IT FORWARD"

Sang wartawan yang begitu terkesan terhadap kebaikan ayah si gadis, bertekad untuk mencari tau dari mana asal muasalnya istilah "PAY IT FORWARD" tersebut, jiwa kewartawanannya mengajak dia untuk menelusuri mundur untuk mencari informasi mulai dari ayah si gadis, pemuda yang memberi antrian nomor rumah sakit, nenek yang memberikan tempat persembunyian, putri si nenek yang mengampuni, sampai kepada si Trevor yang mempunyai ide tersebut.

Terkesan dengan apa yang dilakukan oleh Trevor, Si wartawan mengatur agar Trevor bisa tampil di Televisi supaya banyak orang yang tergugah dengan apa yang telah dilakukan oleh anak kecil ini. Saat kesempatan untuk tampil di Televisi terlaksana, Trevor mengajak semua pemirsa yang sedang melihat acara tersebut untuk BERSEDIA MEMULAI DARI DIRI MEREKA SENDIRI UNTUK MELAKUKAN KEBAIKAN KEPADA ORANG-ORANG DISEKITAR MEREKA agar dunia ini menjadi dunia yang penuh kasih.

Namun umur Trevor sangat singkat, dia ditusuk pisau saat akan menolong teman sekolahnya yang selalu diganggu oleh para berandalan, selesai penguburan Trevor, betapa terkejutnya sang Mama melihat ribuan orang tidak henti-hentinya datang dan berkumpul di halaman rumahnya sambil meletakkan bunga dan menyalakan lilin tanda ikut berduka cita terhadap kematian Trevor. Trevor sendiripun sampai akhir hayatnya tidak pernah menyadari dampak yang diberikan kepada banyak orang hanya dengan melakukan kebaikan penuh kasih kepada orang lain.


Holding Heart in Hands

Mungkinkah saat kita terkagum-kagum menikmati kebaikan Tuhan di dalam hidup kita, dan kita bertanya-tanya kepada Tuhan bagaimana cara untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepadaNya, jawaban Tuhan hanya sesederhana ini: "PAY IT FORWARD to OTHERS around YOU (Teruskanlah itu kepada orang lain yang ada disekitarmu)"

Butuh Kesabaran untuk Mencapai Kemenangan

Di suatu sore, seorang anak datang kepada ayahnya yg sedang baca koran, Ayah, ayah" kata sang anak.

"Ada apa?" tanya sang ayah.

"aku capek, sangat capek. Aku capek karena aku belajar mati matian untuk mendapat nilai bagus sedang temanku bisa dapat nilai bagus dengan menyontek. Aku mau menyontek saja! Aku capek, sangat capek.

aku capek karena aku harus terus membantu ibu membersihkan rumah, sedang temanku punya pembantu, aku ingin kita punya pembantu saja! Aku capek, sangat capek.

Aku capek karena aku harus menabung, sedang temanku bisa terus jajan tanpa harus menabung, aku ingin jajan terus!

Aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga lisanku untuk tidak menyakiti, sedang temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati.

Aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga sikapku untuk menghormati teman teman ku, sedang teman temanku seenaknya saja bersikap kepada ku.

Aku capek ayah, aku capek menahan diri. Aku ingin seperti mereka. Mereka terlihat senang, aku ingin bersikap seperti mereka ayah ! .." sang anak mulai menangis.

Kemudian sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya sambil berkata " Anakku ayo ikut ayah, ayah akan menunjukkan sesuatu kepadamu".

Lalu sang ayah menarik tangan sang anak kemudian mereka menyusuri sebuah jalan yang sangat jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan ilalang. Lalu sang anak pun mulai mengeluh " ayah mau kemana kita?? aku tidak suka jalan ini, lihat sepatuku jadi kotor, kakiku luka karena tertusuk duri. badanku dikelilingi oleh serangga, berjalanpun susah krn ada banyak ilalang. Aku benci jalan ini ayah"

Sang ayah hanya diam.

Sampai akhirnya mereka sampai pada sebuah telaga yang sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak kupu kupu, bunga bunga yang cantik, dan pepohonan yang rindang.

"Wwaaaah, tempat apa ini ayah? aku suka! aku suka tempat ini!" sang ayah hanya diam dan kemudian duduk di bawah pohon yang rindang beralaskan rerumputan hijau.



Father & Son
Father & Son Photographic Print by Gilmore, Jason - Allposters


"Kemarilah anakku, ayo duduk di samping ayah" ujar sang ayah, lalu sang anak pun ikut duduk di samping ayahnya.
" Anakku, tahukah kau mengapa di sini begitu sepi? padahal tempat ini begitu indah?"
" Tidak tahu ayah, memangnya kenapa?"
" Itu karena orang orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tau ada telaga di sini, tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menyusuri jalan itu"
" Ooh berarti kita orang yang sabar ya yah? alhamdulillah"
" Nah, akhirnya kau mengerti"
" Mengerti apa? aku tidak mengerti"

" Anakku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam kujujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi. Bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu, kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus sabar melawati ilalang dan kau pun harus sabar saat dikelilingi seranggadan akhirnya semuanya terbayar kan? ada telaga yang sangatt indah.. seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? kau tidak akan mendapat apa apa anakku, oleh karena itu bersabarlah anakku"

" Tapi ayah, tidak mudah untuk bersabar "

" Aku tau, oleh karena itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat begitu pula hidup, ada ayah dan ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa mengangkatmu, tapi ingatlah anakku, ayah dan ibu tidak selamanya bisa mengangkatmu saat kau jatuh, suatu saat nanti, kau harus bisa berdiri sendiri maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain, jadilah dirimu sendiri, seorang pemuda muslim yang kuat, yang tetap tabah dan istiqomah karena ia tahu ada Allah di sampingnya maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang maka kau tau akhirnya kan?"

" Ya ayah, aku tau.. aku akan dapat surga yang indah yang lebih indah dari telaga ini sekarang aku mengerti. Terima kasih ayah , aku akan tegar saat yang lain terlempar "

Sang ayah hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya.

Kiriman sahabat Nida Tsaura. Terima kasih atas artikelnya. Teruslah menulis sahabat..

Artikel diambil dari: Resensi.net

Cerita tentang Wortel, Telur dan Kopi

Seorang wanita muda menemui ibunya untuk menceritakan jalan hidup nya dan mengeluh bagaimana susah nya hidup nya. Dia tidak tau apakah dia sanggup menempuh jalan hidup nya atau dia hendak menyerah saja. Dia sudah capek menjalani nya. Sepertinya satu persoalnya terjawab, yang lain sudah menunggu.

Sang ibu membawa anak perempuannya ini ke dapur.

Sang ibu mengisi tiga panci dengan air dan menaruhnya di atas kompor dan di panaskan dengan api yang besar. Setelah ketiga nya mendidih, sang ibu manaruh beberapa buah wortel di panci pertama, beberapa butir telur di panci kedua, dan beberapa sendok kopi di panci ketiga. Lalu ia mendiamkan nya sampai mendidih tanpa berkata apa-apa.

Setelah 20 menit berlalu, sang ibu mematikan kompor itu dan meletakan wortel, telur, dan kopi di mangkok masing-masing. Lalu dia bertanya kepada anak ini, apa yang kamu liat?

"Wortel, telur, dan kopi", jawab sang anak.


wortel telur kopi


Sang ibu membawa anaknya lebih dekat lagi untuk melihat kembali dengan seksama dan meminta anak ini untuk menjamah wortel tersebut.

Sang anak sadar wortel itu berubah dari keras menjadi empuk.

Kemudian sang ibu minta anak ini untuk mengambil telur dan memecahkan nya. Setelah mengupas kulitnya, sang anak melihat telur yang keras dan matang.

Kemudian sang ibu meminta anak ini untuk merasakan kopi nya. Sang anak tersenyum setelah mencium aroma sedap kopi itu. Lalu ia bertanya kepada ibunya,

"Apakah artinya semua nya ini, Bu?"


Sang ibu menjelaskan bahwa setiap obyek tersebut memiliki tantangan yang sama, yaitu: air mendidih. Tetapi setiap obyek memiliki reaksi yang berbeda.

Wortel yang tadinya keras dan kuat, setelah di rebus dengan air mendidih, menjadi lunak dan lemah.

Telur yang tadi nya sangat mudah pecah, kulit nya yang tipis melindungi isinya yang cair, setelah direbus dengan air mendidih, isinya yang tadi nya berair menjadi keras.

Bubuk kopi sangat unik. Setelah direbus dengan air mendidih, bubuk kopi itu yang merubah air tersebut. Bukan hanya merubah air yang merebus nya, tapi juga menghasilkan aroma yang sedap.

"Engkau mencerminkan obyek yang mana, anakku?". Ketika tantangan menghalang jalan hidupmu, bagaimana reaksi mu?

Kamu seperti wortel, telur atau bubuk kopi itu?

Pikirkanlah: apakah aku ini seperti wortel yang kelihatannya kuat, tetapi ketika menghadapi tantangan, aku menjadi lunak dan lemah?

Atau apakah aku ini memiliki hati yang lembut tetapi dapat berubah menjadi keras setiap kali mengalami panas nya suasana? Apakah aku memiliki roh yang lembut, tetapi setelah mengalami kegagalan, kesulitan keuangan, penyakit, dan tantangan yang laen nya menjadi keras?

Atau seperti bubuk kopi kan aku ini? Bubuk kopi itulah yang merubah air yang sebenernya membawa tantangan baginya. Dan ketika air itu menjadi panas mendidih, bahkan melepaskan aroma sedap nya kopi tersebut. Kalo engkau seperti bubuk kopi itu, ketika engkau mengalami kejadian terburuk dalam hidup mu sekalipun, engkau menjadi lebih baik dan bahkan sanggup merubah situasi di sekitar mu.



Bagaimanakah anda menghadapi tantangan hidup? Apakah anda seperti wortel, telur, atau bubuk kopi?

Category: